Katakan Tidak! (Pada Masjid Berkubah Emas)
..dan dengan marmer Italia. Dan entah apa lagi yang mereka tambahkan di situ.
Kabar tentang masjid berkubah emas pertama kali saya dengar dari televisi. Saat itu, presenter hanya sekilas menyebutkan tentang keberadaannya sebelum kemudian acara diselingi oleh iklan. Saya refleks menebak kalau masjid ini pastilah ada di Istanbul, atau di suatu tempat di negara Timur Tengah yang kaya-raya. Berupa peninggalan zaman lampau yang kini menjadi tempat wisata rohani. Betapa salahnya saya.
Masjid (baru) ini ada di Bogor.
Ya, Bogor yang Kota Hujan itu. Bogor. Indonesia.
Sampai saat ini belum diketahui siapa penyandang dana pembangunan Dian al-Mahr, masjid supermewah yang baru akan diresmikan awal tahun depan ini. Dan bukankah sulit membayangkan? Ini Indonesia, teman. Salah satu negara termiskin di dunia. Secara ekonomi, edukasi, semuanya.
Pertanyaan pertama, tidakkah ini berlebihan? Untuk apakah semua kemewahan ini?
Sebagai tempat beribadah, masjid hanya merindukan kedatangan mereka yang ingin dekat dengan Tuhannya. Tidak ada satu masjid-pun di dunia ini yang membutuhkan kubah-kubah emas sebagai hiasannya.
Dengan dalih apakah engkau membangun semua ini? Apakah engkau bermaksud mengatakan bahwa semua ini untuk kebanggaan kaum Muslim? Ataukah engkau merasa prihatin dengan kurangnya kecintaan kaum Muslim pada masjid, dan semua kemewahan ini adalah upaya untuk mengundang mereka?
Karena jika semua ini demi kebanggaan, aku tidak pernah mendengar Rasulullah memerintahkan pembuatan masjid berkubah emas. Dan aku tidak pernah mengenal orang yang lebih peduli terhadap kaum Muslim (termasuk kebanggaannya) daripada Rasulullah Muhammad. Aku lebih dapat membayangkan betapa gusarnya beliau jika mengetahui tentang ini, kawan, aku tidak yakin Rasulullah akan ridha.
Karena jika semua ini demi menarik kaum Muslim untuk datang, ketahuilah bahwa mereka akan datang karena sensasi yang engkau timbulkan. Bukan mereka yang datang dengan tulus karena kecintaan pada masjid. Karena aku berani bersumpah dengan pengetahuanku, kaum muslim manapun yang mencintai masjid akan tetap datang sekalipun atap masjidnya dedaunan, sekalipun lantainya berupa tanah berlapis plastik yang hanya menutup separuh ruangan.
Dan, bukankah ini semua sangat, sangat tidak sensitif?
Berapa banyak orang miskin di sekitarmu, kawan? Berapa banyak orang dengan penderitaan yang lebih membutuhkan uluran tanganmu? Saat mereka kelaparan, tak akan ada artinya sebanyak apapun kubah emas yang dapat kaubuat dan dapat mereka lihat. Semahal apapun marmer Italia yang dapat kauimpor.
Ini adalah kesalahan besar, saudaraku. Berpikirlah.
Labels: Islam