Ini Bangsamu

Wednesday, December 06, 2006

JK: Jangan Takut-takuti Para Koruptor!

Hebat.

Kalla mengatakan, pemberantasan tindak pidana korupsi bukan tujuan utama bernegara karena negara didirikan untuk menyejahterakan rakyat. Karena itu, Kalla mengharapkan KPK menciptakan sistem pencegahan korupsi yang berorientasi peningkatan kesejahteraan rakyat dan tak sekadar menakuti pejabat.

"Bagaimana pencegahan baik, tapi biaya ketakutan tidak panjang. Ukuran pemberantasan korupsi itu bukan berapa banyak pejabat yang ditahan dan ekonomi macet dianggap soal lain. Kita dukung pemberantasan korupsi, tapi jangan menimbulkan ketakutan besar," ujarnya. (via jawapos)


Uh? Jadi memberantas tindak pidana korupsi tidak sama dengan menyejahterakan rakyat. Dan, yang lebih penting, memberantas boleh, tapi jangan sampai para koruptor takut!

Labels:

Tuesday, December 05, 2006

Bintang Porno Indonesia Paling Top; Masih Anggota DPR?

DPR sendiri belum menyikapi kasus Yahya (Zaini, -ed) ini. Badan Kehormatan DPR baru akan mengadakan rapat internal pada hari Kamis. Hal itu disampaikan Ketua BK Slamet Effendy Yusuf usai menerima Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi yang mengadukan Yahya karena dinilai telah melanggar kode etik sebagai anggota DPR yang terhormat. (via Kompas)


Sarkasme hari ini: Apakah benar-benar perlu Badan Kehormatan untuk membahas tindakan yang sama sekali tidak terhormat?

Ngomong-ngomong, apakah bangsa ini memang memiliki organisasi untuk semua hal? Majelis Penyelamat Organisasi? Dan, apa memang perlu organisasi apapun untuk menyatakan bahwa kelakuan YZ ini melanggar kode etik?

Hey, saya punya ide yang lebih baik. Bagaimana kalau memakai otak?

Labels:

Thursday, November 30, 2006

Bukan cuma Smackdown.

Salah satu keajaiban bangsa ini adalah betapa kita sangat pandai untuk memfokuskan diri pada satu hal kecil, padahal di belakang dan di sekelilingnya begitu banyak hal serupa (dan lebih parah!) yang terlewat begitu saja.

Kasus kali ini: Smackdown.

Lihatlah, berbagai pihak mengecam Smackdown dan meminta dihentikan penayangannya, "karena korban kekerasan akibat pengaruh tayangan ini terus bertambah" (Kompas).

“Saya mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk meniadakan acara itu. Sampai sekarang masih ditayangkan dan memberi dampak negatif kepada anak. Kalau anak dibesarkan dalam kondisi permusuhan, maka dia akan besar dengan tingkah lalu[sic] perkelahian. Ini yang tidak diharapkan,” -- Ketua Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak (LPPA) Kota Bandung Kusmeni S Hartadi.


Ya itu betul. Tapi coba dicermati. Kondisi permusuhan. Tidakkah ini terdengar familiar?

Sinetron.

Film-film blockbuster.

Berita-berita perang antarsuku.

Pengusiran PKL.

Percayalah, Smackdown belum apa-apa jika dibandingkan dengan yang melintas di hadapan kita setiap hari, sepanjang hari, di Indonesia.

Juga di hadapan anak-anak kita tercinta.

Dan semua orang tahu tentang ini. Jadi jika kalian semua sungguh ingin membentengi anak-anak dari pengaruh negatif media, kerja luarbiasa berat sudah menanti.

Bahkan jika Smackdown sudah dilarang di TV, jika semua VCD dan CD PlayStation-nya dikumpulkan, dibakar dan dibuldozer, jika semua poster John Cena sudah dicabut dan dirobek-robek, itu belum sepersejuta dari apa yang harus dihadapi selanjutnya.

Silahkan letakkan kacamata kuda kita masing-masing, dan mari berperang bersama-sama. Saya ikut (tentu saja!).

Labels: ,

Friday, October 27, 2006

Katakan Tidak! (Pada Masjid Berkubah Emas)

..dan dengan marmer Italia. Dan entah apa lagi yang mereka tambahkan di situ.

Kabar tentang masjid berkubah emas pertama kali saya dengar dari televisi. Saat itu, presenter hanya sekilas menyebutkan tentang keberadaannya sebelum kemudian acara diselingi oleh iklan. Saya refleks menebak kalau masjid ini pastilah ada di Istanbul, atau di suatu tempat di negara Timur Tengah yang kaya-raya. Berupa peninggalan zaman lampau yang kini menjadi tempat wisata rohani. Betapa salahnya saya.

Masjid (baru) ini ada di Bogor.

Ya, Bogor yang Kota Hujan itu. Bogor. Indonesia.

Sampai saat ini belum diketahui siapa penyandang dana pembangunan Dian al-Mahr, masjid supermewah yang baru akan diresmikan awal tahun depan ini. Dan bukankah sulit membayangkan? Ini Indonesia, teman. Salah satu negara termiskin di dunia. Secara ekonomi, edukasi, semuanya.

Pertanyaan pertama, tidakkah ini berlebihan? Untuk apakah semua kemewahan ini?

Sebagai tempat beribadah, masjid hanya merindukan kedatangan mereka yang ingin dekat dengan Tuhannya. Tidak ada satu masjid-pun di dunia ini yang membutuhkan kubah-kubah emas sebagai hiasannya.

Dengan dalih apakah engkau membangun semua ini? Apakah engkau bermaksud mengatakan bahwa semua ini untuk kebanggaan kaum Muslim? Ataukah engkau merasa prihatin dengan kurangnya kecintaan kaum Muslim pada masjid, dan semua kemewahan ini adalah upaya untuk mengundang mereka?

Karena jika semua ini demi kebanggaan, aku tidak pernah mendengar Rasulullah memerintahkan pembuatan masjid berkubah emas. Dan aku tidak pernah mengenal orang yang lebih peduli terhadap kaum Muslim (termasuk kebanggaannya) daripada Rasulullah Muhammad. Aku lebih dapat membayangkan betapa gusarnya beliau jika mengetahui tentang ini, kawan, aku tidak yakin Rasulullah akan ridha.

Karena jika semua ini demi menarik kaum Muslim untuk datang, ketahuilah bahwa mereka akan datang karena sensasi yang engkau timbulkan. Bukan mereka yang datang dengan tulus karena kecintaan pada masjid. Karena aku berani bersumpah dengan pengetahuanku, kaum muslim manapun yang mencintai masjid akan tetap datang sekalipun atap masjidnya dedaunan, sekalipun lantainya berupa tanah berlapis plastik yang hanya menutup separuh ruangan.

Dan, bukankah ini semua sangat, sangat tidak sensitif?

Berapa banyak orang miskin di sekitarmu, kawan? Berapa banyak orang dengan penderitaan yang lebih membutuhkan uluran tanganmu? Saat mereka kelaparan, tak akan ada artinya sebanyak apapun kubah emas yang dapat kaubuat dan dapat mereka lihat. Semahal apapun marmer Italia yang dapat kauimpor.

Ini adalah kesalahan besar, saudaraku. Berpikirlah.

Labels:

Saturday, September 23, 2006

Para Pedagang Paling Terkutuk di Dunia Berjualan Ramadhan

Ramadhan tahun ini adalah kali pertama saya merasa jijik dengan beragam tayangan bernuansa Ramadhan yang bermunculan di TV. Omong kosong itu semua. Semua iklan tentang makanan, minuman, acara-acara TV khusus bulan Ramadhan, sinetron yang tiba-tiba semua aktornya berpakaian muslim/muslimah dan tahu-tahu fasih melafalkan istighfar, Tamara pakai jilbab, Vena Melinda tampil di acara keislaman di TransTV tadi pagi.

Omong kosong besar itu semua.

Izinkan saya untuk jadi emosional di sini. Seseorang, um, bukan, banyak orang di bangsa ini mencoba menjual Ramadhan. Dan hati ini adalah hati seorang Muslim, bagaimanapun juga. Saya muak dan benci.

Saya tidak muak dengan isi dan pesan yang disampaikan. Hikmah dan ajaran agama, kapanpun itu, adalah baik. Namun alasan kemunculannya, itulah yang terasa busuk.

Di mana kalian semua sebelas bulan semuanya? Pernahkah kalian berkata sesuatu tentang puasa-puasa yang lain, puasa Daud dan Senin-Kamis, misalnya? Pernahkah kalian berkata sesuatu tentang Tahajud? Dan, Ya Allah, pernahkah kalian berkata sesuatu tentang shalat fardhu yang lima tiap harinya?

Tidak, demi Allah. Bagi kalian, hanya Ramadhan yang mendatangkan iklan, yang mendatangkan pendapatan, yang mendatangkan ketenaran.

Maka, dengar ini: aku tidak butuh kalian untuk menemani sahurku, untuk menemani bukaku, untuk menemani tarawihku, untuk menemani Idul Fitriku, untuk menemani silaturahmiku, untuk menemani Ramadhanku. Pergilah kalian dan omong kosong besar ini.

Di mana kalian sebelas bulan belakangan, saat ibadah-ibadah yang lain tidak mendatangkan banyak Rupiah?

Labels: